Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Cinta dan Fanatisme Politik

Cinta dan Fanatisme Politik  Oleh: Vina Dwi P Pemilihan Presiden tinggal menghitung bulan lagi. Namun, persaingan sudah sangat memanas sehingga membakar emosi di antara dua kubu yang akan bertarung. Kebohongan, kebencian, kegilaan dalam berpolitik sudah tidak mempunyai batas kekaburan. Bangsaku hari ini mengalami segmentasi akibat tajamnya wajah perbeadaan pilihan. Pengklaiman atas nama kebenaran menjadi sebuah budaya yang tumbuh subur dalam iklim politik bangsa kita. Pada akhirnya, masyarakat yang mengalami segmentasi tadi saling menyerang dengan hinaan, cercaan, dendam, karena kebencian pada perbedaan. Nabi Muhammad Saw. Bersabda, “Maukah aku tunjukkan perbuatan yang lebih baik daripada puasa, shalat, dan sedekah? Kerjakan kebaikan dan prinsip-prinsip yang tinggi di tengah-tengah manusia” Bukankah sabda Nabi itu berbanding terbalik dengan keadaan kita hari ini? Semangat cinta kasih, cinta moralitas, bertransformasi menjadi semangat kebencian dan permusuhan hanya karena perbeda

Politik Kemanusiaan Dengan Menerapkan Nilai-nilai Kemanusiaan di Era Digital

Politik Kemanusiaan Dengan Menerapkan Nilai-nilai  Kemanusiaan di Era Digital Oleh : Muhammad Azmy Faiz Indonesia merupakan negara peringkat kelima pengguna internet 143.260.000 jiwa atau sebanyak 53,7 % pada tahun 2017 berdasarkan data InternetWorldStats.com. Bagaimana dengan jumlah peningkatan penggunanya per tahun yang mana kita ketahui hampir setiap orang dikota-kota besar memiliki smartphone yang tersambung dengan Internet. Kita ketahui bahwasanya penggunaan digital yang mana melalui sosial media seperti Facebook, Instagram, Whatsapp maupun media informasi sejenisnya merupakan cara efektif dalam memberikan informasi. Terkait tentang agama, pendidikan, keluarga, pekerjaan, maupun politik. Tetapi alangkah mirisnya dinegeri kita ini seiring dengan  perkembangan teknologi dan informasi tersebut. Masyarakat kita masih banyak yang menggunakan untuk kesalahan maupun kejahatan seperti kasus penipuan, penculikan, pornografi, ujaran kebencian dan lain sebagainya. Seiring dengan hal te

Himpunanku Terlalu Dini, Untuk Mati Saat Ini

Mengapa masih ada saja kader HMI yang meraup keuntungan dari organisasi tertua yang telah melahirkan banyak kader ini? Mengapa masih ada saja kader HMI yang hanya bisa mengkritik, tidak. Saya rasa bukan mengkritik, tetapi menjatuhkan. Menjatuhkan sesama kader, padahal di HMI bukankah " kita berteman lebih dari saudara"? Mengapa masih ada saja kader HMI yang muncul hanya ketika momen-momen politis, RAK contohnya. Lalu kemana ia ketika teman-teman kadernya yang lain sibuk untuk menjalankan dan menghidupkan roda organisasi? Sekedar menjadi pendengar diskusi saja tidak. Mengapa masih ada saja kader HMI yang sibuk untuk memprovokasi sana-sini? Mengapa tidak berjuang bersama membangun sebuah perjuangan? Baiklah jika berbeda pandangan ketika momen kontestasi, namun tak bisakah bersatu kembali atas nama Himpunan? Bukankah perbedaan adalah hal yang mutlak? Mari berdiskusi, bukannya malah saling memprovokasi. Setujukah kamu jika saya mengatakan " lebih mudah memenangkan sebua

Terjerumus

                        Terjerumus                        Zefi Khomara Sebuah Perkenalan. Perkenalkan nama saya Zefi Khomara, Lahir di Lampung pada tanggal 25 Agustus 1996, dilahirkan dari sepasang manusia hebat yang sampai saat ini sebagai percontohan terbaik untuk ke-4 anaknya, yaitu Bapak Nurhadi dan Ibu Nadiroh. Sibapak yang bekerja sebagai wirausaha (pedagang pisang) dan ibu yang fokus menjadi ibu rumah tangga, untuk anak dan suaminya. Kedua insan yang memiliki harapan besar untuk kami, saya dan kaka serta adik. Oh iya saya sendiri anak ke-3, mempunyai 2 kaka perempuan yang pertama dipanggil dengan Nining dan yang kedua dipanggil Dewi, serta memiliki 1 adik yang sangat super menyebalkan tetapi membuat rindu saat tidak dirumah, Dinda Aulia Putri namanya. Perkenalan singkat diatas hanya awalan untuk melanjutkan perjalanan saya. Dasarnya tulisan ini dibuat untuk menceritakan perjalan ber-HMI khususnya. Apa itu HMI? HMI dianggap saya pada saat pertama diajak masuk HMI oleh seni

TANTANGAN AGAMA DAN HMI DALAM ERA POLITIK DIGITAL (GERAKAN ISLAM POLITIK DI ERA DIGITAL)

                        Oleh: Luthfi Yacob Agama dalam politik di negeri ini makin lama hanya menjadi salah satu momok dari sekian banyak hal yang dapat membantu dan memprakarsai setiap ajang tersebut, memang agama sendiri mempunyai peran dalam politik indonesia. Adapun contoh dari zaman penjajahan agama selalu memliliki peran dari mulai membantu kemerdekaan negara ini sampai dalam perumusan ideologi negara. Tapi peranan agama di setiap era kepemimpinan selalu berubah mulai dari zaman Soekarno, agama dan khususnya Islam memiliki peranannya tesendiri. Dipertengahan zaman tersebut partai besar Islam yaitu Masyumi tidak diajak lagi bergabung dalam kepemerintahannya, meski diawal Masyumi memang ikut dengan Soekarno sebelum mereka berbeda paham, namun setelah melepaskan Masyumi ia menggandeng NU, Perti, dan PSII untuk membantu kepemerintahannya, meski bukan atas nama partai tapi setidaknya ada individu yang masuk dan akhirnya menjadi wakil umat Islam di pemerintahan tersebut. Lalu kita

INTERNALISASI IDEOLOGIS HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) DI TENGAH ARUS REVOLUSI INFORMASI

                   Oleh: Shavira Ayu Ananda Perkembangan teknologi informasi dewasa ini sudah mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Hampir seluruh masyarakat dibelahan dunia rata-rata melek terhadap teknologi yang saat ini berkembang. Salah satunya teknologi informasi melalui digital. Di Indonesia, untuk mengakses sebuah informasi rata-rata orang menggunakan alat teknologi seperti handphone, laptop, komputer, tv maupun alat-alat teknologi informasi lainnya. Namun, lumrahnya seseorang menggunakan handphone untuk mengakses seluruh informasi yang mendukung bagi berlangsungnya kegiatan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini disebabkan karena handphone pada era ini sudah sangat mememudahkan seseorang untuk mendapatkan informasi yang ingin ia akses, yang dikenal dengan istilah “smartphone”. Selain itu handphone juga merupakan barang yang mudah untuk dibawa kemana-mana. Revolusi informasi saat ini dapat menyebabkan timbulnya desentralisasi yang telah meningkatkan keragaman buday

PERJALANAN HMI KOMTAR 2017 – 2018

“Sebuah refleksi atas terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang di Ridhoi Allah”  Oleh : Hilda Nurazizah  Masyarakat adil makmur menurut Pandji Setijo (2011) bermakna bahwa sebuah itu adalah masyarakat yang memiliki nilai keadilan nyata dalam lingkup negara maupun dunia luar, sedangkan makmur adalah setiap orang harus dapat mencapai kehidupan berkesejahteraan yang layak bagi kemanusiaan, lahir, batin, jasmani dan rohani. Nilai keadilan yang dimaksud saya tafsirkan sebagai suatu persamaan hak, yang sifatnya objektif. Danmakmur adalah ketika suatu komponen merasa dipenuhihaknya secara adil. Sebuah cerita klasik yang ingin saya bagi dan mungkin semua kader pun mengalaminya. Pola training jenjang satu yang begitu singkat di laksanakan selama tiga hari. Meski tidak secara optimal semua materi dapat di terima oleh calon kader, namun paling tidak sedikitnya sebagai langkah awal, HMI telah berhasil mentransport nilai – nilai kesadaran tentang kedirian seseorang, dan mengingatkan akan per