Langsung ke konten utama

INTERNALISASI IDEOLOGIS HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) DI TENGAH ARUS REVOLUSI INFORMASI

                   Oleh: Shavira Ayu Ananda

Perkembangan teknologi informasi dewasa ini sudah mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Hampir seluruh masyarakat dibelahan dunia rata-rata melek terhadap teknologi yang saat ini berkembang. Salah satunya teknologi informasi melalui digital. Di Indonesia, untuk mengakses sebuah informasi rata-rata orang menggunakan alat teknologi seperti handphone, laptop, komputer, tv maupun alat-alat teknologi informasi lainnya. Namun, lumrahnya seseorang menggunakan handphone untuk mengakses seluruh informasi yang mendukung bagi berlangsungnya kegiatan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini disebabkan karena handphone pada era ini sudah sangat mememudahkan seseorang untuk mendapatkan informasi yang ingin ia akses, yang dikenal dengan istilah “smartphone”. Selain itu handphone juga merupakan barang yang mudah untuk dibawa kemana-mana.
Revolusi informasi saat ini dapat menyebabkan timbulnya desentralisasi yang telah meningkatkan keragaman budaya melalui penyediaan informasi yang menyeluruh diberbagai kalangan. Selain itu juga memberikan kesempatan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan baru untuk meningkatkan produksi, dan dengan demikian dapat menciptakan kemakmuran untuk semua lapisan masyarakat. Dalam buku yang dikarang oleh Ziauddin Sardar yang berjudul “Tantangan Dunia Islam Abad 21”, revolusi informasi juga akan mengubah masyarakat secara radikal menjadi suatu masyarakat yang lebih manusiawi dan tercerahkan. Penyebaran besar-besaran teknologi informasi baru akan membawa kita ke suatu peradaban elektronik, suatu lompatan panjang ke arah suatu peradaban yang lebih tinggi.
Revolusi informasi bermula pada tahun 1947, ketika seorang sarjana Amerika Serikat, Dr. William Schockley menemukan sistem transistor di laboratorium Bell Telephone, Jersey. Penemuan transistor ternyata dapat mempercepat tahap transfortasi informasi yang berlanjut dengan peningkatan sistem komputer. Namun pada kenyataannya, revolusi informasi pada saat ini dapat berubah menjadi abad kolonialisme baru jika tidak dipergunakan dengan arif dan semestinya. Sebagai negara dengan mayoritas masyarakat muslim, seharusnya kita dapat lebih bisa memahami manfaat dan mudharat dari perkembangan teknologi informasi. Hal ini agar kita dapat mencapai tujuan kita sebagai manusia dalam memenuhi salah satu aspek yaitu penggerak teknonogi. Dalam istilah Islam, manusia sebagai penggerak teknologi terkenal dengan istilah “ulul albab”, yaitu manusia yang menggunakan akalnya untuk memikirkan dan memahami ayat-ayat Allah, baik ayat kauniyah maupun ayat qauliyah. Dari kemampuan tersebut, sudah selayaknya manusia dapat memanfaatkan teknologi informasi dengan memodifikasinya dengan menambahkan nilai-nilai keIslaman yang harus ada di dalamnya. Hal ini dilakukan sebagai strategi menyeluruh dalam menghadapi tantangan pada abad informasi.
Revolusi informasi juga mengakibatkan pergeseran identitas baru bagi masyarakat muslim. Tanpa kita sadari perlahan namun pasti budaya populer saat ini sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Hal tersebut dapat merubah personality, gaya hidup, pandangan umum seseorang, dan lain-lain. Faktanya adalah ketika masyarakat muslim di era digital memiliki beberapa karakter seperti rasa saling berbagi tinggi, serba ingin tahu, dan terciptanya rasa kepedulian untuk menjauhi perbuatan yang buruk (amar ma’ruf nahi munkar).
Pertama, munculnya rasa saling berbagi itu tinggi ketika ada seseorang menuliskan suatu konten inspiratif di sebuah jejaring social media. Dari konten tersebut, seseorang akan tergerak untuk membagikan konten tersebut kepada orang lain karena tahu konten tersebut memiliki manfaat. Istilah yang populer saat ini mulai dari “share”, “retweet” sampai dengan “repost”. Biasanya sebelum orang tersebut membagikan konten ke orang yang lain, ia menekan tombol “like” yang dilanjutkan dengan “share”. Kedua, munculnya rasa serba ingin tahu. Karena kemudahan mengakses informasi di era digital, warganet berlomba-lomba untuk mencari berbagai informasi yang ingin mereka ketahui. Dengan kata lain, motivasi untuk belajar meningkat. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya bahwa ketika seseorang ingin mengetahui tentang ajaran Islam bisa mengaksesnya melalui internet, seperti melihat video-video ulama-ulama terkenal; Dr. Zakir Naik, Ust. Adi Hidayat, Ust. Abdul Shomad, dan lain-lain. Walaupun seharusnya seperti yang telah saya jelaskan di atas, bahwa ketika umat Islam mencari ilmu harus berguru kepada para ulama secara langsung ataupun menghadiri majelis ta’lim. Hal ini dilakukan semata-mata untuk menjaga kemurnian ilmu, sehingga meminimalisir adanya interpretasi keliru dan menyesatkan. Ketiga, terciptanya rasa kepedulian untuk menjauhi perbuatan yang buruk (amar ma’ruf nahi munkar). Saat sedang berselancar di social media, pastinya kita pernah mendapatkan tontonan yang tidak baik atau cuitan provokatif yang dapat memecah belah kedamaian antar umat. Ketika kita menemukan hal tersebut, cara yang dapat dilakukan yaitu menghapusnya dari laman pribadi kita dan selanjutnya melaporkannya sebagai tindakan spam atau tindakan yang tidak pantas untuk dipublikasikan. Biasanya beberapa social media sudah dilengkapi dengan fitur blacklist, seperti instagram. Dengan mudahnya para warganet dapat melaporkan adanya spam terhadap akun-akun yang menyebarkan konten-konten negatif maupun provokatif. Dengan pelaporan akun spam tersebut, pihak penyedia situs (seperti instagram) akan langsung memblokir akun yang bersangkutan.
Melihat dampak dari terjadinya revolusi informasi yang saat ini dialami oleh masyarakat di Indonesia, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi mahasiswa yang berfokus membangun kader umat dan kader bangsa sudah seharusnya menyesuaikan gerakannya dengan perkembangan teknologi dan informasi di era digital. Hal ini bertujuan untuk mencetak kader-kader terbaik, sebagaimana tujuan HMI yang berbunyi: “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil-makmur yang diridhoi Allah SWT”. Di usia HMI yang kini menginjak 71 tahun, HMI tetap harus menunjukkan dirinya yang produktif sebagai organisasi terbesar dan terbaik untuk Indonesia, meskipun perkembangan zaman yang terus berubah. Sudah saatnya HMI mereduksi nilai-nilai gerakannya dengan perkembangan zaman yang ada, di mana era digital telah mempengaruhi segala aspek kehidupan saat ini. Sehingga setuju atau tidak, HMI tetap mengikuti kemauan zaman untuk mengawal generasi muda Indonesia sebagai upaya mencegah apa disebut kesenjangan generasi.
Dalam diskusi yang digelar oleh PB HMI tentang peran media dalam mendukung pertahanan Indonesia melahirkan wacana HMI Digital. CEO dektikcom, Abdul Aziz mengatakan bahwa, “HMI harus memperkuat database kadernya di seluruh Indonesia untuk mewujudkan HMI Digital”. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa modernisasi menjadi sebuah keharusan bagi HMI, hal ini dilakukan untuk merespons perkembangan zaman. Ia pun menyarankan HMI mengasah keterampilan dalam memanfaatkan media digital. Sementara itu, Ketua Umum PB HMI, Respiratori Saddam Al Jihad menyambut baik ide tersebut. Ia mengatakan bahwa, “Digitalisasi organisasi HMI merupakan suatu kebutuhan di era milenium. HMI akan semakin maju jika bisa membaca arah perubahan teknologi melalui artificial intelligence secara utuh. Karena Indonesia sedang memasuki era Revolusi Industri 4.0”.
Adapun beberapa respon HMI terhadap adanya revolusi informasi, diantaranya; pemanfaatan teknologi informasi seperti social media untuk perekrutan pengkaderan, baik latihan kader di tingkat I, II maupun III. Namun pemanfaatan tersebut masih terbilang belum efektif dan efisien, karena baru hanya sebatas penyebaran informasi dan penambahan relasi saja. Dalam Kongres ke XXX di Ambon, Saddam hendak mengubah gerakan HMI yang lebih kontekstual. Ia mengusulkan tema: “Menjadikan HMI Organisasi Modern berbasis Digital”. Maksudnya adalah ke depan berbagai gerakan HMI harus dilakukan secara online, misalnya gerakan Koin Solidaritas HMI-Digital. Fokusnya menggalang dukungan terhadap tindak diskriminasi terhadap kaum lemah.
Sebagai kader HMI di era digital, sudah seharusnya kita bersikap lebih bijak terhadap perkembangan teknologi informasi yang saat ini terjadi. Jalan ideologis HMI juga harus ditempuh di dunia digital. Bisa dikatakan dunia digital adalah wadah perjuangan lain yang tidak boleh ditinggalkan. Secara historis, jalan ideologis itu tertuang pada Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) dengan Islam sebagai sumber nilai. NDP menegaskan jati diri dan identitas kita sebagai sebuah organisasi yang merdeka dan independen. Oleh karena itu, generasi milenial HMI harus kembali pada nilai-nilai dasar perjuangan (NDP). Dimana kader HMI memiliki peran aktif membangun kadernya menjadi orang-orang yang bermanfaat bagi masyarakat yang dapat menjawab segala tantangan zaman . Selalu sadar akan perannya sebagai kader umat dan kader bangsa.
Pembahasan mengenai era digital telah terumuskan dalam Bab VII – NDP tentang “kemanusiaan dan ilmu pengetahuan”. Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, sudah seharusnya manusia beriman dan selalu mengerjakan amal shaleh. Fitrahnya manusia adalah mahkluk yang selalu bergerak menuju perubahan ke arah kebenaran, dan kebenaran yang mutlak hanyalah kebenaran yang sesuai dengan hukum-hukum Tuhan. Selanjutnya, ilmu pengetahuan adalah alat untuk mencari kebenaran-kebenaran dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini, manusia yang menguasai ilmu pengetahuan akan menuju kepada amal shaleh yang bermuara kepada kepatuhan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Manusia yang beriman dan berjalan di atas kebenaran dalam ilmu pengetahuannya akan mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi, sesuai dengan firman Allah: “... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. ...” (QS. Al-Mujadilah : 11). Selain itu, ilmu pengetahuan bagi manusia berfungsi sebagai penyeimbang hubungannya dengan alam sekitarnya untuk mengarahkan kepada yang lebih baik. Manusia harus memahami ketentuan dari hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Tuhan,  agar selalu menjalankan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Dengan ilmu pengetahuan yang manusia punya, manusia dapat belajar dari pengalaman buruk yang ia terima di masa lampau untuk tidak diterapkan dimasa saat ini maupun dimasa yang akan datang. Ia akan mempertimbangkan segalanya agar menuju kepada perubahan yang lebih baik.
Hemat penulis, saat ini HMI sudah mampu untuk merespon dengan baik revolusi informasi dengan tetap menanamkan nilai-nilai ideologis dari HMI itu sendiri. Sebagai contoh, di HMI terdapat Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) yang konsentrasinya dalam bidang dakwah yaitu Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI). Walaupun setiap kader HMI sejatinya harus menyebarkan dakwah sebagai identitas keislamannya sesuai dengan tujuan dari HMI, Kader Dakwah adalah mereka yang secara khusus dibina untuk dapat mengemban dakwah secara lebih profesional.
Di era digital ini, Kader Dakwah harus memiliki perbedaan dari para pelaku dakwah yang lainnya, karena pada era ini siapapun bisa menjadi pendakwah dengan bermodalkan gadget di tangan. Ia harus memiliki kecakapan-kecakapan sesuai tuntuntan zaman milenial, seperti kecakapan penguasaan internet, social media maupun jurnalistik. Ia dituntun untuk bisa menyebarkan dakwah dimanapun dan kapan pun, namun tak hanya sebatas ceramah saja. Selain itu, Kader Dakwah juga harus memiliki kecakapan literasi abad 21 sehingga dapat menyebarkan dakwah melalui tulisannya tak sebatas melalui buku maupun koran namun juga melalui social media. Selanjutnya, Kader Dakwah juga diharuskan untuk sering bertukar pikiran dengan kader-kader yang lainnya terkait isu-isu global yang saat ini sering diperbincangkan oleh masyarakat, hal ini demi menjawab komentar-komentar yang sering dilontarkan oleh warganet. Maksud dibentuknya LDMI ini untuk memenuhi pencapaian kualitas insan cita HMI. Oleh karenanya, sudah sangat jelas bahwa kualitas Kader Dakwah memiliki perbedaan dengan pelaku dakwah lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa setiap orang dapat menjadi pelaku dakwah, namun belum tentu dapat menjadi Kader Dakwah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan Instruktur Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Menjaga Pengkaderan Di Era Millenial

Tantangan Instruktur Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Menjaga Pengkaderan Di Era Millenial.                  Oleh : A. Humaeni Rizqi Latihan Kader Himpunan Mahasiswa Islam (LK HMI) pada hakekatnya merupakan bentuk perkaderan HMI yang berorientasi pada pembentukan watak, pola pikir, visi, orientasi berwawasan ke-HMI-an yang paling dasar. Posisi dan peranan Latihan Kader adalah untuk meletakan dasar-dasar bagi setiap kader HMI agar siap mengemban amanah dan tanggungjawab guna membangun bangsa Indonesia di masa depan. Pelatihan (training) di HMI sangat menentukan arah gerak dan dinamika para kader maupun organisasi, sehingga apabila pengelola atau penanggungjawab suatu training HMI salah dalam mengkomunikasikan dan mensosialisasikan semangat dan juga gagasan dasarnya maka akan salah pula pengembangan bentuk-bentuk pembinaan berikutnya, baik pada up-grading maupu aktivitas. Berkaitan pada persoalan-persoalan tersebut, dalam pelatihan di HMI, sangat dibutuhkan lembaga serta forum

Mendengarkan dan Akhirnya Jatuh Cinta

"MENDENGARKAN DAN AKHIRNYA JATUH CINTA"                       Oleh: Aidil Fitri Perkenalan saya dengan HMI sudah terjadi sejak saya duduk di kursi SMA. Banyak saudara, tetangga, bahkan kerabat saya yang sedang kuliah menyebutkan dan menempelkan stiker HMI entah itu di jendela rumah, pintu kamar,  helm, cover buku, dan sebagainya. Sehingga membuat saya tidak begitu asing dengan logo HMI itu sendiri. Pernah waktu itu terlintas di pikiran saya "apasih itu HMI?, kenapa kok logonya kayak gitu? Kenapa orang2 pada pasang stiker HMI dimana-mana, dan kenapa banyak orang yang suka menyebutkan kata HMI? sebenarnya HMI itu apa?". Sampai pada akhirnya, saya menuangkan segala pertanyaan saya ke rekan dan saudara saya yang merupakan kader HMI. Lalu, tanpa kesengajaan mereka menjawab hal yang serupa, "Kalau mau tau jawabannya, kamu jadi mahasiswa terlebih dahulu, dan gabung sama saya di HMI. Biar paham." Jawaban yang sangat tidak membuat diri saya puas sama sekali.