Langsung ke konten utama

PERJALANAN HMI KOMTAR 2017 – 2018

“Sebuah refleksi atas terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang di Ridhoi Allah” 
Oleh : Hilda Nurazizah 
Masyarakat adil makmur menurut Pandji Setijo (2011) bermakna bahwa sebuah itu adalah masyarakat yang memiliki nilai keadilan nyata dalam lingkup negara maupun dunia luar, sedangkan makmur adalah setiap orang harus dapat mencapai kehidupan berkesejahteraan yang layak bagi kemanusiaan, lahir, batin, jasmani dan rohani. Nilai keadilan yang dimaksud saya tafsirkan sebagai suatu persamaan hak, yang sifatnya objektif. Danmakmur adalah ketika suatu komponen merasa dipenuhihaknya secara adil. Sebuah cerita klasik yang ingin saya bagi dan mungkin semua kader pun mengalaminya. Pola training jenjang satu yang begitu singkat di laksanakan selama tiga hari. Meski tidak secara optimal semua materi dapat di terima oleh calon kader, namun paling tidak sedikitnya sebagai langkah awal, HMI telah berhasil mentransport nilai – nilai kesadaran tentang kedirian seseorang, dan mengingatkan akan peran dan makna kehadirannya di muka bumi yaitu sebagai penerus risalah kerasulan, khalifah di bumi. Dan abdi Allah. 


“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada   yang   ma'ruf   dan   mencegah   dari   yang   munkar   merekalah   orang-orang   yang beruntung.”(QS.Ali Imran:104)
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيْفَةً 
“Dan ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.... (al – baqarah : 30) 
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنّ وَالْإِنْسَانْ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْن
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku” (Ad-Dzariat : 55) 
Memang training selalu lebih efektif dalam upaya transformasi nilai, di banding sekolah tentunya. Karena training menerapkan pola pelatihan, sedangkan sekolah pada umumnya menggunakan pola pengajaran. Output daripada training, kajian, diskusi dan pembinaan HMI pun telah berhasil melahirkan kader – kader intelektual yang agamis, dan professional dalam bidangnya. Tak sedikit stock pemimpin disiapkan oleh HMI. HMI telah menjalankan fungsinya sebagai motor penggerak mahasiswa Islam untuk terus meningkatkan kualitas dirinya. Ketika saya membaca TAFSIR TUJUANnya, wah, semangat saya menggelora menyatu bersama cita – cita luhur yang hendak di capai HMI. Namun seiring berjalannya waktu, saya merasa ada yang kurang dan bahkan hilang dalam budaya kader HMI saat ini. Esensi dari adanya jenjang training merupakan satu dari sekian banyak langkah demi langkah, tahap demi tahap yang harus dilalui. Proses pembinaan dan pembekalan pasca trainingnya – lah yang penting. Peningkatan kualitas akan lebih efektif ketika ikut terus di laksanakan secara rutin. Sayangnya, semangat untuk meningkatkan kualitas diri melalui budaya kajian, diskusi terkait Ke ilmuan, Ke islaman maupun ke Indonesiaan kini mulai luntur, Nilai IMAN ILMU AMAL hanya menjadi tagar dalam postingan – postingannya. Realitanya Ilmu lemah, Iman tak terawat, bagaimana mampu beramal? Yang menjadi budaya kader sekarang adalah hanya sebatas semangat menggelorakan perbedaan. Berlomba mencari dan merebut kekuasaan, apa salahnya dengan perbedaan garis juang organisasi misalnya, bukankah tujuan mereka pun sama. Mereka ingin membangun masyarakat, membangun ummat. Malah termasuk di internal HMI sendiri yang saling berselisih dan bersitegang terutama pada moment – moment pergantian kepengurusan. Garis sejarah menunjukan bahwa dasar perjuangan HMI adalah Terwujudnya negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) dan mengajarkan serta mengembangkan nilai – nilai ISLAM. Ada tanggung jawab kesatuan ummat dan bangsa di pundaknya. Maka disini adalah sebuah refleksi. Ada apa dengan hati?  ada tujuan lain pastinya yang mengesampingkan cita – cita HMI, yang keluar daripada latar belakang didirikannya HMI itu sendiri. Kemungkinan terbesar adalah hanya untuk eksistensi pribadi yang seakan menjelema menjadi dewa dalam otak – otak kader. HMI yang dikenal dengan wawasan intelektual yang bernafaskan Islam kian melemah. Dan setelah saya telusuri ternyata niat yang salah itu sedikit banyaknya diwarisi oleh kakak – kakaknya secara turun temurun. Terkadang alasan seorang kader mudah terpengaruh oleh adalah karena mereka tidak mengenali identitas organisasinya sendiri.
Lalu mampukah kader HMI kembali memahami garis dasar juangnya? Menciptakan masyarakat adil makmur yang di Ridhoi ALLAH? 
Jika upaya penyadaran akan fungsi dan peranan manusia terutama kader HMI sebagai khalifatullah dibumi yang bertanggung jawab akan kesatuan umat dan bangsa terus di propagandakan. Program - program yang di buat oleh struktural kepengurusan yang didasarkan pada landasan gerak HMI yang berasazkan Islam itu sendiri terus digalakkan secara aktif. Maka kader akan tergerak untuk aktif, terutama ia akan berusaha memahami identitas organisasinya. Kemungkinan terbesar kurangnya semangat juang ber-HMI karena struktural kurang aktif mewadahi dan memfasilitasi kader – kadernya untuk meningkatkan kualitas diri. Buatlah sekurang – kurangnya satukali dalam seminggu kajian atau diskusi yang memang benar – benar harus diikuti semua kader. 
Selain itu dalam AD/ART Pasal 5 pun disebutkan bahwa HMI ingin menciptakan kader – kader muslim yang  mandiri, proses kreatif, keilmuan, sosial dan budaya. Maka buatlah program –program inovatif untuk kader induk. Misal kegiatan enterpreneurship yang melatih kader untuk sibuk, membantu kemakmuran negara dalam sektor perekonomian. Atau kalaupun sudah ada di lembaga – lembaga binaan HMI, buatlah informasi terkait program – programnya itu merata, tersebar pada setiap kader. Hal – hal demikian yang mampu menambah semangat berorganisasi dan organisasi benar – benar menjadi wadah pengembangan diri.  
Karena HMI berhimpun untuk kepentingan ummat dan bangsa, buat juga-lah kegiatan aktif yang dipersembahkan untuk masyarakat dari berbagai kalangan. Baik golongan pelajar menengah, mahasiswa maupun masyarakat umum. Jangan hanya aktif membantu dalam menyampaikan suara rakyat. Tapi tunjukan bentuk solutif HMI dalam membantu permasalahan Buat basis – basis keilmuan, ta’lim untuk masyarakat. Dan terutama masyarakat Islam yang menjadi nama dari organisasi ini. Ada banyak PR yang harus dikerjakan kader saat ini, terutama ditengah terdegradasinya akhlak umat Islam dan dikotomi nya hari ini. HMI seharusnya menjadi spirit kebangkitan dan pemersatu umat Islam bukan ikut tergerus. Islam yang notabene nya adalah asas sekaligus roh HMI belum dikaji secara intensif dan diamalkan secara Ikhlas. Hal ini yang menyebabkan Islam hanya menjadi identitas saja di HMI. 
Selain itu, kurangnya respon anggota terhadap instruksi dari kepengurusan HMI bisa jadi dikarenakan tidak adanya sosok uswah yang benar  benar di segani. Maka dari itu, kepengurusan harus membuat cover diri, mampu menjadi uswah, sehingga tercermin marwah sebagai kader HMI. Bukan soal mempermasalahkan simbol, tapi simbol itu penting untuk identitas. Dan identitas seorang kader HMI ialah dia yang segala sikap dan perilakunya sesuai dengan nilai - nilai Islam karena asaznya adalah ISLAM.  
Kesan sekaligus kritik dan saran ini saya tujukan untuk kader, bukan untuk HMI sebagai landasan konstitusional. Karena saya membaca, bagaiman HMI benar – benar hadir untuk ummat dan bangsa. Tinggal bagaimana kader–kader ini melaksanakan peranannya dalam ber-HMI, menjalankan fungsinya berdasarkan asas dan landasn dari HMI itu sendiri. 

YAKINkan dengan IMAN, USAHAkan dengan ILMU, SAMPAIkan dengan AMAL
Yakin Usaha Sampai !

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan Instruktur Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Menjaga Pengkaderan Di Era Millenial

Tantangan Instruktur Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Menjaga Pengkaderan Di Era Millenial.                  Oleh : A. Humaeni Rizqi Latihan Kader Himpunan Mahasiswa Islam (LK HMI) pada hakekatnya merupakan bentuk perkaderan HMI yang berorientasi pada pembentukan watak, pola pikir, visi, orientasi berwawasan ke-HMI-an yang paling dasar. Posisi dan peranan Latihan Kader adalah untuk meletakan dasar-dasar bagi setiap kader HMI agar siap mengemban amanah dan tanggungjawab guna membangun bangsa Indonesia di masa depan. Pelatihan (training) di HMI sangat menentukan arah gerak dan dinamika para kader maupun organisasi, sehingga apabila pengelola atau penanggungjawab suatu training HMI salah dalam mengkomunikasikan dan mensosialisasikan semangat dan juga gagasan dasarnya maka akan salah pula pengembangan bentuk-bentuk pembinaan berikutnya, baik pada up-grading maupu aktivitas. Berkaitan pada persoalan-persoalan tersebut, dalam pelatihan di HMI, sangat dibutuhkan lembaga serta forum

Mendengarkan dan Akhirnya Jatuh Cinta

"MENDENGARKAN DAN AKHIRNYA JATUH CINTA"                       Oleh: Aidil Fitri Perkenalan saya dengan HMI sudah terjadi sejak saya duduk di kursi SMA. Banyak saudara, tetangga, bahkan kerabat saya yang sedang kuliah menyebutkan dan menempelkan stiker HMI entah itu di jendela rumah, pintu kamar,  helm, cover buku, dan sebagainya. Sehingga membuat saya tidak begitu asing dengan logo HMI itu sendiri. Pernah waktu itu terlintas di pikiran saya "apasih itu HMI?, kenapa kok logonya kayak gitu? Kenapa orang2 pada pasang stiker HMI dimana-mana, dan kenapa banyak orang yang suka menyebutkan kata HMI? sebenarnya HMI itu apa?". Sampai pada akhirnya, saya menuangkan segala pertanyaan saya ke rekan dan saudara saya yang merupakan kader HMI. Lalu, tanpa kesengajaan mereka menjawab hal yang serupa, "Kalau mau tau jawabannya, kamu jadi mahasiswa terlebih dahulu, dan gabung sama saya di HMI. Biar paham." Jawaban yang sangat tidak membuat diri saya puas sama sekali.