Langsung ke konten utama

Terjerumus

                       Terjerumus
                       Zefi Khomara

Sebuah Perkenalan. Perkenalkan nama saya Zefi Khomara, Lahir di Lampung pada tanggal 25 Agustus 1996, dilahirkan dari sepasang manusia hebat yang sampai saat ini sebagai percontohan terbaik untuk ke-4 anaknya, yaitu Bapak Nurhadi dan Ibu Nadiroh. Sibapak yang bekerja sebagai wirausaha (pedagang pisang) dan ibu yang fokus menjadi ibu rumah tangga, untuk anak dan suaminya. Kedua insan yang memiliki harapan besar untuk kami, saya dan kaka serta adik. Oh iya saya sendiri anak ke-3, mempunyai 2 kaka perempuan yang pertama dipanggil dengan Nining dan yang kedua dipanggil Dewi, serta memiliki 1 adik yang sangat super menyebalkan tetapi membuat rindu saat tidak dirumah, Dinda Aulia Putri namanya.
Perkenalan singkat diatas hanya awalan untuk melanjutkan perjalanan saya. Dasarnya tulisan ini dibuat untuk menceritakan perjalan ber-HMI khususnya.

Apa itu HMI? HMI dianggap saya pada saat pertama diajak masuk HMI oleh senior saya seperti organisasi ekstrakulikuler di SMA. Pertama, karena saya dari SMA dan sama sekali tidak mengetahui apa itu HMI, ditambah lagi lingkungan rumah sekitar anak UIN atau anak HMI tidak ada. Kedua, latar belakang kedua orangtua yang belum pernah kuliah yang membuat tidak ada cerita pengalaman dirumah tentang dunia kemahasiswaan.

November 2014 setelah mengikuti Latihan Kader 1 (Basic Training), saya dinyatakan sebagai anggota HMI. Anggota HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat. Perjalanan ber-HMI fase pertama membuat saya tidak mengerti organisasi ini. Menurut saya tidak sesuai terhadap apa yang saya inginkan. Permasalahan politik kampus serta dinamika yang terjadi pasca LK1 membuat perpecahan dikubu HMI sendiri, membuat saya benci akan manusia-manusia HMI didalamnya.

Hampir memutuskan meninggalkan HMI.

Kejenuhan dalam mencari apa itu HMI hampir membuat saya pergi, permasalahan politik didalamnya serta efek yang terjadi saling tarik-menarik kader membuat saya memutuskan untuk istirahat  pada saat itu, masih terlalu muda untuk saya dikatakan selesai mengenali organisasi HMI. Saya tidak tahu kondisi HMI sebenarnya seperti apa.

Selanjutnya memutuskan LK 2 (Intermediate Training), sebuah jalan Istikharah atas kejenuhan dan ingin melihat HMI selain Ciputat. Singkatnya, berangkat lah untuk mencari bagaimana ber-HMI. Semangat kembali ber-HMI pasca LK 2, sepulangnya dari Jogja, semangat akan ber-HMI dan membawa nilai-nilai yang dipelajari membuat saya sedikit punya landasan akan seperti apa jalan ber-HMI saya.

Ghilman Hanif yang tidak mau kalah, pertama, ia adalah teman seperjuangan di organisasi tetapi berbeda ideologi. Tidak mau kalah, iya karena setelah saya pulang LK 2, seminggu kemudian ternyata ia pun berangkat LK 2 Cabang Kuningan. Kedua, ia salah satu kompetitor saya sendiri untuk saling menunjukan spirit ber-HMI. Ketiga, saya dan dia sebenarnya tidak pernah sama jalan dan pikiran (tidak sepaham). Tapi apa yg membuat kita masih tetap berjalan beriringan?

Perjalanan ber-HMI mengantarkan ia menjadi Ketua Angkatan kami, angkatan 2014 dengan anggota sekitar 200 orang, dengan nama angkatan GATARI dan menjadi Ketua Umum HMI Komisariat Tarbiyah 2017-2018 dengan segala dinamika yang dirasakan. Terpilihnya ia dan sampai saat ini diperiode kepengurusannya sangat merepotkan dan membuat saya lelah, Ghilman orang yang paling merepotkan dalam perjalanan ber-HMI, ditambah ia menjadi Ketua Umum. Tapi bagaimana lagi, upaya untuk pergi akhirnya kembali lagi karena saudara di organisasi, teman seperjuangan harus dikuatkan sampai akhirnya ia menjadi simbol yang dinilai baik.

Rapat Anggota Komisariat (RAK) 2017 memunculkan 2 nama calon, Ghilman Hanif dan Acep Misbah. Sebenarnya Acep pun salah satu teman seperjuangan diangkatan, tetapi pada akhirnya berbeda jalan. Dan menjadi rival dalam menjadi Ketua Umum pada saat itu, saya sendiri menjadi seorang yang membantu memimpin perjalanan kemenangan Ghilman. Proses upaya mencari dukungan untuk menguatkan dan memenangkan Ghilman, IPS, PBI, PAI dan MTK serta beberapa kader dari jurusan PIAUD, MP dan PGMI membantu untuk Ghilman. Sedangkan Acep didukung penuh oleh, PBA, PBSI, IPA, MP, PGMI.
Terbentuklah tim Ghilman dari perwakilan jurusan yang menurut saya akhirnya menjadi sebuah tim keluarga. Tim yang dibangun karena keinginan mendukung bukan karena kekuasaan para pendukungnya. Karena pasca Ghilman menang, permasalahan yang dihadapinya ialah dari pendukungnya tidak ada yang mau mengisi struktural untuk menopang satu tahun kepengurusan. Rayu dan loby khas Ghilman yang membuat kami mau dan bersedia membantu kembali mengawal satu tahun kepengurusan dengan pernyataan yg ia lontarkan “menangin doang masa abis itu ditinggalin”. Hal ini yang sebenarnya menjadi ketakutan ketika ia menang ia akan kembali merepotkan wkwk.

Dalam forum RAK saling adu konsep, upaya mengulur waktu mempercepat waktu serta apologi-apologi dilakukan kedua tim masing-masing, dimulai hari senin berakhir sabtu dini hari. Menghasilkan 141 suara untuk Ghilman dan 111 suara untuk Acep jika tidak salah. Dan menjadikan Ghilman Hanif sebagai formateur KOMTAR.

Tantangan pertama muncul pada saat Ghilman menjadi formateur ialah mempercepat LK 1 karena sudah molor. Disatu sisi penyusunan struktural yang tak kunjung usai. Selain tim sendiri yang enggan ditempatkan, proses konsideran yang lama ditandatangi oleh mide formateur karena komposisi struktural yang belum mencapai sepakat. Desakan dari kader untuk LK 1 memaksa, akhirnya formateur dan timnya mengadakan LK 1 pasca RAK membuat kami dikatakan sakti karena mengadakan LK 1 padahal belum di lantik, tetapi sebenarnya ini karena kami tidak kehabisan akal, meminjam administrasi komisariat lain yang sudah dilantik untuk mengadakan LK. Pro kontra ada, tetapi jalan terus yang memang menurut saya sendiri itu baik.

Setelah LK selesai diadakan, selanjutnya dilantiknya kepengurusan yang berjumlah 80 anggota pada tanggal 20 November 2017, saya sendiri dijadikan Ghilman sebagai Ketua Bidang PPPA, bidang yang menaungi 3 Departemen yaitu Penelitian Pengembangan, Pembinaan Anggota dan Data Anggota. Dimulailah perjuangan baru satu tahun kedepan direpotkan lagi.
Tanggung jawab dan amanah atas dasar membantu persaudaraan yang membuat saya akhirnya menerima menjadi Kabid PPPA dengan perjalanan yang cukup mengharukan sampai saat sekarang diberlangsungkannya RAK lagi. Mengusung gagasan menjadikan kader progresif dan disiplin saya terapkan dengan tim PPPA, seperti Abdul Mufahir, Humaeni Rizqi, Tias Eka Risti, Fadhil Muammar dan Nurmia Sakinah yang sangat berperan besar merealisasikan program yang sudah di rancang. Membuat Kelas Insan Komtar yang ditujukan untuk kader yang fokus mendalami 5 materi wajib HMI dilakukan setiap Rabu dengan jumlah peserta 22 orang. Dengan satu materi menghabiskan 5 pekan untuk mendalaminya. Serta Diskusi Insan Cita yang dilakukan Rabu di Loby Barat Tarbiyah bekerja sama dengan lembaga diskusi lainnya. Merapihkan data anggota dan mempercepat sertifikat LK yang selalu menjadi masalah karena tak kunjung rapih karena keterlambatan dari pihak cabang dalam pengadaannya, tuntas lah sudah sertifikat 2016-2018 anggota HMI.

Berjuang merawat perkaderan tanpa membeda-bedakan itu wajib. Setelah selesai kontestasi RAK seharusnya kembali saling menguatkan dan merangkul, tanggung jawab memberikan proses pengalaman (mengkader) agar regenerasi terus tumbuh dan generasi emas kembali muncul sebagai bukti nyata HMI berperan untuk Indonesia.
Mendidik Dandelion (HMI Komtar angkatan 2017) memotong tradisi lamban dan menjadikan kader progresif serta disiplin. Lahirnya mereka pasca LK 1 membuat beban sendiri. Setidaknya mereka harus mengerti apa yang sudah saya dapatkan dalam berproses di HMI. Menjadikannya kader yang kuat yang nantinya harus saling menguatkan dan bersatu dalam bingkai persaudaraan. Bahu-membahu membangun Komisariat lebih baik dan ikut andil merealisasikan tujuan HMI bersama-sama. Ini adik-adik yang sangat membanggakan. Mereka sekarang sudah bisa berbicara banyak dalam proses kepanitiaan, pemikiran dan tindakan. Menurut saya mereka nantinya akan menjadi kader unggulan 2 tahun kedepan.

Ingin mengundurkan diri dari Komisariat.

Setengah periode dijalani, kejenuhan dan ke-tidak sepahaman lagi selalu muncul antara saya dan Ghilman, yang membuat sebuah keputusan yang disampaikan kepada Ketua Umum untuk mengundurkan diri. Karena beberapa prinsip yang berbeda antara saya dan Ghilman dalam mengambil keputusan. Surat pengunduran diri saya sampaikan dan berpamit pula kepada adik-adik yang sangat membantu saya di PPPA seperti yang disampaikan diatas. Selanjutnya saya sengaja tidak memberitahu yang lain serta tim Ghilman karena mungkin akan merusak keharmonisan struktural dan membuat goyang. Tetapi setelah sebulan mengundurkan diri, direpotkan kembali oleh Ghilman untuk membantu terakhir kalinya. Akhirnya tetap saja tidak tega meninggalkan si manusia merepotkan itu. Kembali membantu atas dasar saudara seideologi.

Satu tahun telah berlalu, kepengurusan HMI Komisariat Tarbiyah, perjalanan yang cukup singkat tetapi melewati banyak rasa, perjuangan atas nama perkaderan menjaga, membina kader. Membuat sebuah formulasi untuk kebaikan bersama. Perasaan haru, suka dan duka terlewati begitu saja. Bahagia melihat setiap proses perkembangan kader. Menemukan dan membuat mereka kenal itu HMI Komisariat.
Berbicara perkaderan tentu kita mengenal istilah di “HMI berteman lebih dari saudara” semboyan ini memiliki makna yang dalam untuk perkaderan yang mana dasar dalam perkaderan yaitu kekeluargaan seperti apabila dia sakit maka kita juga sakit, dia terluka kitapun sama. Terlepas dari berbagai dinamika yang terjadi, selayaknya kita yang katanya satu ideologis atas dasar saudara tentu harus menjadi utuh kembali setelah perbedaan pendapat/konflik yang terjadi. Lalu kembali kepada dasar keluarga saling mengasihi, menyayangi dan membangun kembali untuk Nilai-Nilai Perkaderan.
Sudah saatnya menyingkirkan ego masing-masing untuk pembangunan berkemajuan HMI KOMTAR yang makin baik, membangun tanpa membedakan. Merangkul tanpa menusuk. HMI KOMTAR harus selayaknya utuh sebagai organisasi yang berlandaskan kekeluargaan didalamnya. Kemunduran organisasi karena ego individunya. Yang terkorbankan adalah generasi penerusnya. Mari kita kembali utuh pasca dinamika dan kontestasi yang ada. Atas nama perkaderan seharusnya kita kembali utuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan Instruktur Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Menjaga Pengkaderan Di Era Millenial

Tantangan Instruktur Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam Menjaga Pengkaderan Di Era Millenial.                  Oleh : A. Humaeni Rizqi Latihan Kader Himpunan Mahasiswa Islam (LK HMI) pada hakekatnya merupakan bentuk perkaderan HMI yang berorientasi pada pembentukan watak, pola pikir, visi, orientasi berwawasan ke-HMI-an yang paling dasar. Posisi dan peranan Latihan Kader adalah untuk meletakan dasar-dasar bagi setiap kader HMI agar siap mengemban amanah dan tanggungjawab guna membangun bangsa Indonesia di masa depan. Pelatihan (training) di HMI sangat menentukan arah gerak dan dinamika para kader maupun organisasi, sehingga apabila pengelola atau penanggungjawab suatu training HMI salah dalam mengkomunikasikan dan mensosialisasikan semangat dan juga gagasan dasarnya maka akan salah pula pengembangan bentuk-bentuk pembinaan berikutnya, baik pada up-grading maupu aktivitas. Berkaitan pada persoalan-persoalan tersebut, dalam pelatihan di HMI, sangat dibutuhkan lembaga serta forum

Mendengarkan dan Akhirnya Jatuh Cinta

"MENDENGARKAN DAN AKHIRNYA JATUH CINTA"                       Oleh: Aidil Fitri Perkenalan saya dengan HMI sudah terjadi sejak saya duduk di kursi SMA. Banyak saudara, tetangga, bahkan kerabat saya yang sedang kuliah menyebutkan dan menempelkan stiker HMI entah itu di jendela rumah, pintu kamar,  helm, cover buku, dan sebagainya. Sehingga membuat saya tidak begitu asing dengan logo HMI itu sendiri. Pernah waktu itu terlintas di pikiran saya "apasih itu HMI?, kenapa kok logonya kayak gitu? Kenapa orang2 pada pasang stiker HMI dimana-mana, dan kenapa banyak orang yang suka menyebutkan kata HMI? sebenarnya HMI itu apa?". Sampai pada akhirnya, saya menuangkan segala pertanyaan saya ke rekan dan saudara saya yang merupakan kader HMI. Lalu, tanpa kesengajaan mereka menjawab hal yang serupa, "Kalau mau tau jawabannya, kamu jadi mahasiswa terlebih dahulu, dan gabung sama saya di HMI. Biar paham." Jawaban yang sangat tidak membuat diri saya puas sama sekali.